3 Ways to Enhance Community in Your Family Life

The huge list of tasks are brightly backlit on my computer screen. This assignment for the last subject of my masters is a monster. I thought that I had this under control but with two days before it…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Home Sweet Home

tw // half a adult content 🔞

Menikah bukanlah perkara umur. Melainkan ada kesiapan yang harus mereka lakukan untuk menempuh ke jenjang tersebut, seperti; ekonomi, emotional stabilty, dan juga tahu akan arti pernikahan yang sebenarnya.

Maka itu, tak perlu pusing memikirkan ucapan orang lain, akan acuan usia yang menjadikan pertimbangan sebuah pernikahan.

Lihatlah Agatha, menikah diusianya yang menginjak duapuluh delapan tahun, tapi ia masih bisa bersenang-senang dengan sang suami yang usianya terpaut tiga tahun di atasnya. Abi sendiri menikahi Agatha pada usianya yang ketigapuluh satu saat itu. Selang beberapa bulan pernikahannya, Agatha mengandung dua buah hatinya yang lahir dengan sempurna tanpa kekurangan apapun dari dalam dirinya.

Nutrisi terpenuhi, perlengkapan pokok terpenuhi, bahkan Agatha jauh lebih segar setelah melahirkan kedua buah hatinya. Dan tentunya Agatha segera menuruni berat badannya setelah ia selesai menyusui kedua buah hatinya. Ya, katanya takut Abi akan digoda perempuan lain. Apalagi Abi memiliki tubuh atletis dengan mata indah, serta cara berpakaiannya yang akan membuat perempuan berlomba-lomba untuk mendekati lelaki tersebut.

Lihatlah, hanya dengan sebuah kemeja yang dipadukan oleh sebuah jas hitam, Agatha pun menelan habis salivanya, memandang lelaki yang telah lama bersama dengan dirinya selama sebelas tahun.

“Mandi dulu, Bi. Baru kamu makan.” kata Agatha yang membantu Abi untuk melepaskan jas hitam pada tubuhnya.

Abi hanya mengusap tangan Agatha yang kini berada di bahunya, dan menenggelamkannya dengan kepalanya. “Kali ini biarin aku makan dulu ya, Ta? Aku lapar soalnya.” ujar Abi yang membuat Agatha kembali duduk di sampingnya.

“Dona minta aku untuk daftar les, Bi. Gimana? Bolehkah?”

Abi yang tengah menikmati makan malamnya pun hanya mengangguk, mengizinkan permintaan Agatha karena ia sangat tahu apa yang terbaik bagi putra dan putrinya saat ini.

Kalau urusan biaya rumah tangga, Agatha lah yang akan mengatur keuangannya sedemikian rupa. Sedangkan Abi, ia akan memberikan uang bulanan bagi Agatha agar dapat mengatur kebutuhan rumah tangganya.

“Kalau Sarah gimana? Dia mau les juga kah? Atau hanya Dona yang minta dirinya agar les saja?” tanya Abi, mengingat jika putrinya kerap kali bertengkar dengan adiknya sendiri dalam hal apapun.

“Sarah sejauh ini nilai-nilainya bagus, Bi. Dan tadi aku tanya ke Sarah, mau les kayak Dona kah? Dia jawab enggak.” kata Agatha yang memakan makanannya tanpa minat.

Abi yang sadar akan tingkah laku Agatha pun kini menyingkirkan piring bekas makannya dan mulai menatap ke arah istrinya saat ini.

“Kenapa, Ta? Ada masalah?” tanya Abi yang membuat Agatha menghela nafasnya kasar.

“Apa aku resign aja dan fokus ke anak – anak, serta ke kamu ya, Bi? Tapi di satu sisi aku mikirin mama. Mama masih perlu kami untuk bayar keperluan rumah tangganya.” kata Agatha yang mengingat jika ibunya merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh suaminya ke alam kubur.

“Yaudah, Ta, resign saja. Nanti masalah biaya ibu, biar aku yang kasih kamu setiap bulannya.”

Bukannya tak mau. Hanya saja Agatha tak ingin jika sesuatu akan terjadi kepada dirinya jika ia menggantungkan masalah keuangannya kepada Abi. Entah tuhan akan memanggil Abi terlebih dahulu, atau mungkin perempuan lain lah yang akan memanggil Abi untuk menuju ke tempatnya.

Tidak ada yang tahu kan?

Selesai menikmati makan malamnya, Agatha menyiapkan sebuah air hangat di dalam bathtub agar Abi dapat berendam disana. Tak lupa juga, Agatha menyiapkan celana pendek dan juga pakaian ganti agar dapat digunakan oleh Abi begitu selesai membersihkan dirinya di dalam kamar mandi.

Agatha pulang lebih dahulu dari Abi. Sehingga ia bergegas membuat masakan untuk Abi, dan setelah itu ia membersihkan dirinya yang lengket dan bau karena terkena bau masakannya sendiri.

“Ta, handuk….” teriak Abi yang membuat Agatha berdecak sebal. Selalu saja Abi melupak handuknya begitu ia akan pergi ke kamar mandi.

Krieettt

“Aku taruh westafel.” kata Agatha yang menautkan kedua bibirnya hingga mengerucut. “Lain kali tuh dibawa, Bi. Jangan kebiasaan.” Abi hanya terkekeh melihat istrinya yang tengah merajuk kepadanya.

“Kamu enggak mau mandi lagi, Ta?” goda Abi yang menyipratkan busa-busa sabun ke arah Agatha.

“Jangan siram-siram ah, Bi. Aku sudah mandi loh sebelum kamu datang.”

“Ya, mandi lagi, Ta. Anak-anak kan juga sudah tidur.”

Pada akhirnya, Agatha masuk ke dalam bathtub karena Abi terus-terusan meminta kepada Agatha agar dapat dilayani pada malam ini.

Selalu saja seperti ini. Setiap malam Abi selalu meminta Agatha agar dapat melayaninya, meski tanpa memasukkan miliknya ke dalam kewanitaan Agatha sekalipun. Entahlah, bagi Abi, Agatha selalu pandai dalam hal tersebut meski usia pernikahannya sudah berjalan cukup lama.

Selain wajah Agatha, Abi juga selalu merindukan suara erangan Agatha tiap kali perempuan itu berada di bawahnya. Mata Agatha yang memejam, tangan Agatha yang meremat rambut belakang Abi, dan kaki Agatha yang memeluk pinggulnya membuat Abi kehilangan akal sehatnya setiap kali terhubung oleh bagian-bagian tubuh istrinya.

Maka itu, Abi pun tak membutuhkan perempuan lain selama Agatha masih terus menjadi bagian dalam hidupnya.

“Sudah ah, Bi. Besok aku telat ke kantor.” kata Agatha. Ia menyingkirkan tangan Abi yang sejak tadi masih berada di atas payudaranya.

“Hehehe maaf ya, Ta? Habisnya enak si.” kata Abi yang mengakhiri permainannya dengan kecupan singkat pada bahu sang istri.

“Oh iya, Ta. Aku punya sekretaris baru sekarang. Namanya Elena.” jelas Abi yang memberitahukan pekerjaannya kepada Agatha.

“Cantik?” tanya Agatha dengan candaannya.

“Masih cantikan kamu.”

“Semoga omonganmu enggak berubah, ya?”

Add a comment

Related posts:

What should be the purpose of speeches and debates and what it actually looks like

Have you attended speeches and debates in schools or colleges as a competitor or even as an audience? How was your experience? Maybe in this article I would be challenging the age old process of such…

Month One Without a Job

The Year Without a Job experiment is coming along nicely, and month one has just ended. If you aren’t sure what I’m talking about go check out the introduction to this series(here). I promise it’ll…